Content plan merupakan elemen dasar dalam pengelolaan media sosial. Tanpa content plan, maka akan sulit membuat konten yang runut dan sesuai dengan tujuan. Biasanya, bisnis atau perusahaan yang memanfaatkan media sosial akan membuat konten yang dapat memikat target pasar dan meningkatkan penjualan.
Pengertian dan Tujuan Content Plan
Sebelum masuk pada pembahasan utama, kita akan membahas terlebih dahulu mengenai pengertian dan tujuan dari content plan. Secara umum, content plan adalah perencaan pengembangan konten yang dilakukan agar tujuan akhir bisa tercapai.
Perencanaan tersebut juga mencakup jenis konten apa yang akan dibuat, platform media sosial apa yang digunakan, hingga kapan konten tersebut akan dipublikasikan atau di-upload. Tidak hanya itu, perencanaan juga harus mencakup pengumpulan aset-aset marketing dan data dari target pasar.
Data target pasar penting untuk diketahui, khususnya jika tujuan yang ingin dicapai adalah peningkatan penjualan atau sales.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa salah satu tujuan social media content plan adalah untuk meningkatkan angka penjualan produk atau jasa, khususnya bagi pemilik bisnis.
Tidak hanya untuk meningkatkan penjualan, tujuan content plan itu tergantung dari aktor yang menjalankannya. Misalnya sering kita lihat media sosial milik kementerian yang berisikan informasi untuk publik. Maka dalam pembuatan kontennya, kementerian berfokus pada konten-konten yang informatif.
7 Kesalahan dalam Social Media Content Plan
Content plan adalah kunci sukses pengelolaan media sosial. Ketika content plan yang dibuat sudah baik dan strategis, maka tujuan kita akan tercapai. Oleh karena itu, G-Communications telah merangkum kesalahan-kesalahan umum apa saja yang sering dilakukan dalam pembuatan content plan.
1. Tidak Mengetahui Target Audiens
Bagaimana caranya merencanakan konten tanpa tahu siapa yang ingin dituju? Nah, kesalahan utama yang harus dihindari adalah tidak mengetahui target audiens secara detail. Sebelum membuat content plan, kamu juga harus menyusun data terkait target audiens.
Setiap target audiens memiliki karakteristik dan preferensi yang berbeda-beda. Jika target pasarmu adalah kaum muda, maka jangan sampai membuat konten yang tidak masuk selera mereka. Nah, mengetahui target audiens akan mendorongmu untuk membuat plan yang efektif.
2. Mengedepankan Kuantitas Konten
Banyak dari kita yang berpikir bahwa semakin banyak konten yang di-posting, maka semakin luas dan meningkat juga reach dan engagement. Eits, jangan sampai terlena, ya! Terkadang, mem-posting terlalu banyak konten menyebabkan konten tersebut berkurang kualitasnya karena waktu riset dan produksi konten yang semakin sempit.
Maka dari itu, pastikan ketika menyusun content plan, kita menentukan jumlah konten yang tepat. Dengan mengurangi frekuensi mem-posting, kamu dapat fokus pada kualitas konten
3. Memperlakukan Semua Media Sosial Sama
Kesalahan selanjutnya yang terkadang tidak kita sadari adalah memperlakukan semua platform media sosial sama. Setiap platform media sosial itu unik dan memiliki karakteristik, jenis konten utama, serta pengguna yang berbeda-beda.
Maka, ketika kita membuat content plan, kita juga harus memikirkan jenis konten seperti apa yang tepat untuk di-posting di platform yang kita inginkan. Misalnya ketika kita ingin fokus dengan TikTok, maka jenis konten yang dibuat harus berbentuk video singkat dan menggunakan audio yang sedang tren di masyarakat.
Pahami cara kerja setiap platform media sosial agar kita dapat memanfaatkan peluang di dalamnya. Ketika kita sudah berhasil memperlakukan setiap platform sesuai dengan karakteristiknya masing-masing, maka content plan yang kita buat akan semakin efektif untuk mencapai tujuan.
Baca Juga: TikTok dan Instagram: Mana yang Lebih Efektif untuk Bisnis?
4. Tidak Menghiraukan Waktu Posting Konten
Jadwal posting merupakan salah satu elemen yang terdapat dalam content plan. Tidak hanya jenis dan isi konten saja, namun kita juga harus memahami jadwal yang tepat untuk mem-posting konten tersebut.
Seperti yang dilansir oleh SproutSocial, setiap platform media sosial ternyata memiliki jadwal waktu yang tepat untuk konten. Misalnya jika kamu fokus pada Instagram, maka diprediksi bahwa hari yang paling tepat untuk mem-posting adalah Selasa dan Rabu pada pukul 9 pagi hingga 1 siang. Sedangkan hari yang paling tidak tepat untuk mem-posting adalah Minggu.
Meskipun begitu, semuanya kembali pada pengalaman masing-masing pengguna. Kamu juga bisa mempelajari kapan waktu terbaik untuk posting dengan melihat data reach dan engagement akunmu sendiri.
5. Terlalu Mempromosikan Diri
Ketika membuat content plan, pemilik bisnis yang ingin mempromosikan produk atau jasanya di media sosial terkadang hanya fokus membuat konten promosi saja. Hal tersebut dapat membuat audiens menjadi bosan dan pada akhirnya, engagement akan menurun.
Konten promosi itu baik, namun akan lebih baik lagi jika diselingi dengan konten-konten lain yang menarik, seperti kuis atau informasi menarik. Jenis konten seperti itu akan mendorong audiens untuk berkomentar atau bahkan membagikan konten tersebut ke orang lain.
6. Tidak Memasukkan Konten Video
Di beberapa waktu terakhir, banyak sumber yang melaporkan bahwa konten video semakin diminati di kalangan pengguna media sosial. Setelah TikTok memperoleh kepopulerannya sejak tahun 2020, beberapa platform lain seperti Instagram dan YouTube juga menambahkan fitur video singkat untuk pengguna mereka.
Konten video memiliki beberapa keunggulan daripada konten gambar biasa, salah satunya adalah bisa lebih meningkatkan perhatian audiens, khususnya generasi muda. Jika kamu memang telah lama fokus pada konten gambar, tidak ada salahnya untuk mulai memasukkan rencana konten video pada content plan-mu.
7. Tidak Menghiraukan Tren
Kesalahan umum terakhir yang sering tidak kita sadari adalah tidak menghiraukan tren. Sebelum membuat content plan, kita harus terlebih dahulu meriset tren apa yang sedang hangat di masyarakat. Pengetahuan tentang tren dapat membuat konten kita menarik dan tetap relevan. Jangan sampai ketidaktahuan kita terhadap tren malah membuat konten yang dibuat out of date.
Memerhatikan tren juga dapat membuat kita masuk ke dalam percakapan sehingga kita dapat menarik audiens yang lebih luas lagi.