Memanfaatkan media sosial sebagai sarana branding merupakan hal yang tepat dan efektif untuk dilakukan di era digital. Apalagi di tahun 2020 ini, jumlah orang yang menghabiskan waktu di media sosial meningkat. Meskipun begitu, melakukan branding lewat media sosial itu lebih rumit dari apa yang kita kira.
Perlu kita pahami bahwa branding di media sosial tidak hanya sekedar mempublikasikan berbagai macam konten untuk menarik perhatian audiens.
Ada beberapa kesalahan branding di media sosial yang harus kita perhatikan dan hindari sebagai upaya mengoptimalisasikan strategi branding di media sosial. Apa sajakah kesalahan-kesalahan tersebut? Yuk simak artikel ini sampai habis.
1. Tidak Konsisten dalam Mengelola Akun
Memulai branding di media sosial berarti harus berani berkomitmen. Selain menetapkan desain seperti apa yang ingin digunakan atau tagline apa yang ingin dicantumkan di akun media sosial, membuat rencana pengelolaan akun juga sangat penting untuk dilakukan. Membuat rencana mingguan atau bulanan dapat menjaga pengelolaan akun agar tetap konsisten. Pasalnya, tidak sedikit pemilik bisnis atau organisasi dan lembaga yang melakukan branding di media sosial hanya bersemangat di awal saja. Kasus terburuknya yaitu setelah beberapa saat, akun-akun media sosial mereka malah tidak aktif dan terlupakan.
Jika perlu, buatlah sebuah tim khusus untuk mengelola media sosial, termasuk membuat semua rencana mingguan atau bulanan. Rencana mingguan atau bulanan ini juga dapat berupa perencanaan konten. Perencanaan konten ini sangat penting agar publik tidak bingung dengan identitas brand kita. Jangan sampai isi pesan branding yang disampaikan di beberapa platform media sosial malah berbeda dari satu sama lainnya.
2. Konten yang Dipublikasikan Tidak Berkualitas
Mungkin ada beberapa pemilik bisnis dan organisasi/lembaga yang menganggap bahwa mempublikasikan konten branding secara rutin itu sudah cukup. Hal ini ternyata dapat menjadi kesalahan besar apabila tidak melihat dan menilai isi konten branding yang dipublikasikan. Kasus terburuknya adalah isi atau pesan konten yang dipublikasikan malah jauh atau sangat berbeda dari identitas dan fokus brand tersebut. Jika ingin membuat konten video, maka pastikan resolusi video sudah bagus dan dapat terlihat jelas, atau jika ingin membuat konten tulisan, maka pastikan isinya menarik dan mudah dipahami.
3. Terlalu Fokus pada Penjualan
Khusus untuk pemilik bisnis, tidak dapat dipungkiri bahwa strategi branding yang sukses dapat meningkatkan penjualan. Meskipun begitu, jangan terlalu fokus pada penjualan hingga melupakan elemen-elemen branding yang lain. Jika terlalu fokus, dikhawatirkan branding akan dilakukan secara sembrono dan terburu-buru. Selain itu, terlalu fokus pada penjualan juga dapat menurunkan kualitas konten branding dan bahkan bisa membuat konsumen atau audiens menjadi bosan dan tidak tertarik.
4. Beranggapan Bahwa Semua Platform Media Sosial Sama
Cara kerja setiap platform media sosial itu berbeda, begitu pula audiens atau penggunanya. Ada banyak platform media sosial yang dapat mempermudah strategi branding dan sebagai pemilik bisnis atau organisasi dan lembaga, kita harus tahu dan cermat dalam memilih platform mana yang paling sesuai dengan brand atau yang paling dapat memberikan hasil maksimal. Jika ingin melakukan branding di berbagai platform sekaligus, maka pastikan untuk mencari tahu terlebih dahulu minat audiens di setiap platform serta konten seperti apa yang cocok untuk dipublikasikan.
5. Tidak Melakukan Interaksi
Melakukan branding di media sosial dapat memberikan kita kesempatan untuk berkomunikasi dengan konsumen atau audiens/komunitas baik secara langsung maupun tidak langsung. Jangan sampai kita terlalu fokus dalam mempublikasikan konten branding sampai kita menghindari komentar atau direct message yang diberikan oleh audiens dan konsumen. Hal ini merupakan bentuk komunikasi yang ingin disampaikan oleh mereka. Bisa jadi dengan melakukan interaksi dengan audiens dan konsumen, kita bisa membuat strategi branding yang lebih efektif atau bahkan memperbarui strategi yang lama.
6. Tidak Melakukan Analisis di Media Sosial
Banyak hal yang dapat kita temukan di media sosial. Bagi pemilik bisnis dan organisasi/lembaga, kita harus bisa melakukan analisis dalam pengembangan strategi branding. Misalnya dengan melakukan analisis atau penelitian terhadap tren yang sedang hits atau populer di media sosial. Dengan begitu, konten branding yang kita buat dan publikasikan tidak terkesan “ketinggalan zaman” atau tidak “up to date”. Kita juga bisa melakukan analisis terhadap target pasar atau audiens untuk memastikan bahwa konten branding yang kita buat dapat dipahami dan sesuai dengan selera audiens.
Bagi organisasi/lembaga, konten branding yang akan dipublikasikan juga dapat dikaitkan dengan tren atau isu yang sedang populer di media sosial. Hal ini akan memberikan pemahaman bahwa organisasi/lembaga tersebut peduli dan ikut memberikan perhatian atas apa yang sedang terjadi di masyarakat.
7. Menghindari “Thinking Out of the Box”
Seperti yang sudah dipahami, branding bertujuan untuk membentuk persepsi serta membangun kepercayaan dan loyalitas masyarakat atau audiens terhadap brand kita. Oleh karena itu, jangan takut untuk selalu berinovasi dan mencoba untuk “thinking out of the box”. Strategi inovatif yang dapat kita lakukan misalnya dengan melakukan storytelling atau bercerita.
Dengan storytelling, kita bisa “memanusiakan” brand kita dengan efektif dan mengkomunikasikan siapa kita, apa yang kita lakukan, dan bagaimana brand kita berbeda dengan yang lain. Bagi pemilik bisnis, berpikir inovatif dan berbeda dapat menonjolkan brand kita dan membuatnya memiliki tempat di pasar (marketplace). Selain itu, bagi organisasi/lembaga, strategi storytelling ini juga dapat bersifat personal sehingga bisa diterima dengan lebih baik oleh masyarakat atau audiens.