Pengguna Twitter baru-baru ini dihebohkan dengan adanya aturan baru Twitter yang menerapkan limit atau pembatasan dalam membaca tweets per harinya.
Hal tersebut bermula pada hari Sabtu (1/7) saat ribuan pengguna Twitter di beberapa negara tidak dapat mengakses platform media sosial tersebut. “Rate Limit Exceede” dan “#TwitterDown” pun menjadi trending topics teratas pada hari itu.
Pada hari Minggu (2/7), CEO Twitter, Elon Musk, mengumumkan adanya limit dalam jumlah tweets yang dapat dibaca Twitter setiap harinya. Ia menyebut aturan ini sebagai upaya untuk melawan pengambilan data (data scraping) dan manipulasi sistem.
Berapa Banyak Tweets yang Dapat Dibaca Setiap Harinya?
Jumlah limit tweets yang pengguna bisa lihat mengalami perubahan sejak pertama kali disampaikan oleh Elon Musk melalui akun resminya @elonmusk.
Awalnya, Musk mengumumkan bahwa akun yang sudah terverifikasi memiliki limit 6.000 tweets per hari. Sedangkan untuk akun yang belum terverifikasi dibatasi 600 tweets per hari, dan akun baru hanya mendapatkan limit 300 tweet saja.
Namun, limit untuk melihat unggahan Twitter tersebut pun naik menjadi 8.000 tweet untuk akun terverifikasi. 800 tweets untuk akun yang belum terverifikasi dan 400 tweets untuk akun baru.
Hingga selang beberapa jam kemudian, Musk kembali mengubah aturan jumlah limit tweet tersebut, yaitu:
- Akun Terverifikasi: 10.000 tweets per hari
- Akun Tidak Terverifikasi: 1.000 tweets per hari
- Akun Baru dan Tidak Terverifikasi: 500 per hari
Mengapa Muncul Aturan Limit di Twitter?
Musk menjelaskan bahwa aturan limit Twitter ini merupakan tindakan sementara yang ia ambil untuk mengantisipasi banyaknya perusahaan dan organisasi yang mengorek data Twitter secara semena-mena sehingga merendahkan layanan untuk para pengguna.
Ia juga sempat menyatakan ketidaksenanannya dengan perusahaan-perusahaan AI seperti Open AI, pemilih ChatGPT, karena telah menggunakan data Twitter untuk melatih model bahasa mereka.
Sebelum adanya aturan limit ini, Musk juga sudah terlebih dahulu menerapkan aturan bahwa setiap orang yang ingin melihat sebuah tweet harus memiliki akun Twitter. Padahal, sebelumnya tweet dapat dengan mudah diakses tanpa akun melalui Twitter web.
Respon Pengguna Terhadap Aturan Limit di Twitter
Meskipun Musk sudah menjelaskan alasan hadirnya aturan pembatasan ini, namun banyak pengguna Twitter yang merasa tidak senang. Banyak pihak yang menuding bos Twitter tersebut sengaja mendorong para pengguna ke layanan langganan berbayar Twitter yang bernama Twitter Blue.
Pengguna dapat membayar biaya langganan mulai dari $8 per bulan untuk mendapatkan verifikasi atau centang biru terlepas dari profil mereka. Padahal sebelumnya status verifikasi tersebut Twitter berikan secara gratis pada beberapa akun-akun tertentu.
Sebagai salah satu platform yang berperan dalam penyebaran informasi terkini, kebijakan limit Twitter ini dapat menghalangi para pengguna untuk mengakses berita terkini. Banyak pengguna yang mengkhawatirkan tidak dapat mengakses informasi yang penting karena “rate limit exceeded”, khususnya informasi seperti bencana alam, kericuhan di daerah, dan lain sebagainya.
Banyaknya kritik dan kontroversi Twitter akhir-akhir ini pun menimbulkan diskusi mengenai pengganti Twitter.
The Guardian menyebutkan bahwa, perusahaan di balik Facebook dan Instagram, sedang bersiapuntuk mengisi kekosongan Twitter dengan membuat aplikasi berbasis teks threads bernama “Project 92” yang akan segera rilis.
Aplikasi yang mirip dengan Twitter tersebut memungkinan pengguna untuk terhubung dengan orang yang sudah mereka ikuti atau follow di Instagram.
Tidak hanya itu, The New York Times juga mengindikasikan bahwa kebijakan limit Twitter akan memberikan dampak negatif secara komersial.
Sebelum diakuisisi oleh Musk, Twitter mengandalkan iklan untuk sebagian besar pendapatannya, tetapi beberapa pihak telah menghentikan atau mengurangi pengeluaran karena kekhawatiran temereka terhadap kebijakan dan kontroversi Musk.
Baca Juga: Rebranding: Tujuan, Contoh, dan Tips Sukses