PR Tradisional VS PR Digital

public relations
Photo by fauxels on pexels.com

Secara umum, public relations tradisional dan digital dapat dikatakan mirip karena memiliki fungsi dan tujuan yang sama. Meskipun begitu, ada beberapa perbedaan mendasar di antara keduanya.

Bagaimana Cara Kerja PR Tradisional?

PR tradisional umumnya memanfaatkan saluran-saluran konvensional seperti radio, televisi, pamflet, billboard, majalah atau surat kabar untuk meningkatkan brand awareness dan menyebarkan informasi terkait dengan perusahaan/organisasi.

Bagaimana Cara Kerja PR Digital?

PR digital memanfaatkan strategi dengan metode online untuk meningkatkan brand awareness atau menyebarluaskan informasi.

Dalam menjangkau audiens secara online, PR digital secara umum bergantung pada optimisasi mesin pencari atau yang dikenal sebagai SEO (Search Engine Optimization), content marketing, dan berbagai platform media sosial.

Isi Konten dan Pesan

Pesan atau isi yang terdapat dalam kampanye PR tradisional umumnya bersifat langsung atau terang-terangan seperti perencanaan kegiatan atau press release. Di sisi lain, isi pesan PR digital biasanya “halus” dan tidak terang-terangan.

PR digital sangat bergantung pada konten dan pemasaran melalui media sosial. Jadi, fokus yang dicapai oleh PR digital yaitu menciptakan konten berkualitas. Semakin bagus dan berkualitas kontennya, maka semakin luas audiens yang dapat dijangkau.

Pengukuran Kesuksesan Kampanye

Dikarenakan media PR tradisional yang konvensional, melacak jumlah audiens yang melihat penempatan informasi terkait brand dan perusahaan pun hampir tidak mungkin dilakukan. Perkiraan terdekat yang bisa dilakukan yaitu menghitung jumlah rata-rata pembaca atau viewers per bulan secara kasar.

Di sisi lain, sangat mudah untuk mengukur kesuksesan dari kegiatan PR digital. Jumlah penayangan yang akurat dapat diperoleh dengan menggunakan berbagai tools seperti Google Analytics atau insights dari berbagai media sosial.

Tipe Interaksi

Tipe interaksi PR tradisional dapat dikatakan tidak interaktif atau hanya satu arah saja. Audiens pun tidak memiliki kesempatan untuk terlibat atau berinteraksi.

Dalam PR digital, audiens dapat terlibat langsung dan memberikan saran atau feedback untuk kampanye yang sedang dilaksanakan, khususnya jika dilakukan melalui media sosial.

Kolaborasi PR Tradisional dan PR Digital

Meskipun memiliki output dan cara kerja yang berbeda, namun kolaborasi antara PR tradisional dan digital sangat memungkinkan, apalagi jika audiens yang dituju tidak menggunakan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top